Kitab Tanbihul Ghafilin

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah ditanya mengenai Ar-Raudhul Fa-iq dan Tanbihul Ghafilin

Beliau menjawab:

Saya tidak mengetahui tentang kitab ar-Raudhul Fa-iq, sedangkan Tanbihul Ghafilin adalah kitab yang berisi nasihat yang pada umumnya banyak mengandung hadits-hadits dhaif bahkan kadang palsu. Di dalamnya juga terdapat hikayat-hikayat yang tidak shahih dimana penulisnya ingin menggunakannya untuk melembutkan hati dan menjadikan mata menjadi menangis. Akan tetapi hal ini bukanlah cara yang benar, karena nasihat-nasihat  yang ada dalam Kitabullah dan yang shahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah cukup sehingga tidak perlu lagi bagi kita untuk menasihati orang-orang dengan sesuatu yang tidak shahih baik yang disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam maupun yang disandarkan kepada kaum-kaum yang shalih yang kadang mereka salah dalam pendapat mereka yang berupa ucapan atau perbuatan. Memang dalam kitab ini terdapat hal-hal yang tidak dipermasalahkan, namun demikian saya tidak menasihatkan untuk membacanya kecuali bagi orang yang memiliki ilmu dan faham serta bisa membedakan antara hadits-hadits yang shahih, dhaif dan mauquf.

Sumber: http://www.ibnothaimeen.com

@@@@@@@@@@@@@@@

artikel lain silahkan baca di http://www.islamlight.net

Silahkan bagi yang mau mengunduh kitab كتب حذر منها العلماء (kitab-kitab yang ditahdzir ulama) di sini:

jilid satu

jilid dua

39 respons untuk ‘Kitab Tanbihul Ghafilin

  1. Kalaupun itu (menurut orang awam, sperti komentator) doif ataupun lemah, tapi isinya merupakan nasehat yang baik untuk kita lakukan, apa ya tidak boleh…???

      1. Yang penting kita beramal dan itu baik menurut kita serta bermanfaat bagi orang lain…. Selanjutnya kita serahkan kepada Alloh SWT…

      2. hadits yang boleh diamalkan adalah hadits shahih lidzatihi, shahih lighairihi, hasan lidzatihi, dan hasan lighairihi. di bawah derajat tersebut tidak boleh diamalkan.

      3. jangan gegabah ngomong soal hadist lemah, karena itu semua persepsi dan pendapat, kita semua ga pernah kenal benar perawinya kecuali dari membaca saja. Oleh sebab itu kesimpulannya bisa jadi beda-beda, ulama yang satu mengatakan lemah ulama yang lain belum tentu bahkan mungkin dibilang shahih, siapa yang berani memvonis yang paling benar, harus nya ga ada, karena sama-sama ga pernah ketemu langsung dengan perawinya, kecuali hanya katanya-katanya. Silahkan aja bilang ini lemah itu hak pendapat masing-masing, tapi ingat belum tentu disetujui oleh semua ulama, sedangkan kita apa, kita ini bukan apa-apa kecuali hanya kata nya. Ujung-ujung nya taqlid-taqlid juga. Padahal katanya ga boleh taqlid.

    1. Biasanya yang suka koment begini, ibara orang baru belajar silat hobi nya pental pentil, klu orang yang alim pasti bijak dalam menetapkan tidak serampangan bilang itu lemah, atau npalsu. Lagian kapan kenal sama perawinya, orang kita juga katanya.

      1. cara ‘alim ulama biasanya memakai cara yang bijak, benar pak Hidayat syah,… tidak boleh semudah itu menilai orang, bila bisa mengamalkan silahkan, jika tidak, kurang elok menilai gegabah. Tugas kita adalah terus belajar hingga akhir hayat dan Allah Maha Mengetahui segala kebenaran dan Maha Kuasa menilai amal soleh setiap mahluk-Nya
        .

    1. ada yang shahih, ada yang hasan, ada yang dhaif, bahkan yang palsu (maudhu’) pun ada. coba baca kitab yang ada tahqiqnya. makanya Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah dalam artikel di atas mengingatkan kita semua:
      “…Memang dalam kitab ini terdapat hal-hal yang tidak dipermasalahkan, namun demikian saya tidak menasihatkan untuk membacanya kecuali bagi orang yang memiliki ilmu dan faham serta bisa membedakan antara hadits-hadits yang shahih, dhaif dan mauquf.”

  2. ana mau tanya kpd antum yg telah berkomentar bvegotu sinis dan yang telah memposting artikel ini.
    tolong sebutkan hadits mana yang maudu”,alhasil antum jangan membuka kebodohan antum hanya karena demi perpecahan ulam.
    Ulama terdahulu lebidh dapat di percaya daripada ulama zaman sekarang ini yang su”u.

    1. sinis?
      saya ngga merendahkan siapapun, saya tidak mengatakan bahwa dalam tanbihul ghafilin tidak ada kebaikan sama sekali. mbok ya dibaca baik-baik artikel di atas.

      contoh hadits yang maudhu’ dalam tanbihul ghafilin:

      Berfikir sesaat lebih baik daripada ibadah setahun.(Tanbihul Ghafilin, Maktabah al Iman bil Manshurah, hal. 6, tahqiq as-Sayyid al ‘Arabi, pdf.)
      Maudhu’ (hadits marfu’). Abu asy-Syaikh Al Ashbahani dalam al ‘Azhmah (44). Ibnul Jauzi dalam al Maudhu’at (3/144) dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dan menyebutkan Abu asy-Syaikh (49) dengan sanad dhaif dari ‘Amr bin Qais al Mala-I bahwasanya dia berkata: telah sampai kepadaku bahwa berfikir sesaat lebih baik daripada amalan setahun. Lihat adh-Dha’ifah (173)

      -diriwayatkan dari ‘Abdulllah bin Miswar al Hasyimi, bahwasanya dia berkata: datang seorang laki-laki kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan berkata; Aku datang kepada engkau agar engkau mengajarkan kepadaku hal yang sulit difahami dari ilmu …dst. (Tanbihul Ghafilin, Maktabah al Iman bil Manshurah, tahqiq as-Sayyid al ‘Arabi, pdf, Hal. 18)
      Hadits palsu, ‘Abdullah bin al Miswar memalsu hadits sebagaimana disebutkan dalam al Mizan (3/504)

      -Diriwayatkan dari Abdullah bin Miswar al Hasyimi, bahwasanya dia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam membaca ayat ini: “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, “ kemudian Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: ketika cahaya Islam telah masuk ke dalam hati maka hati menjadi lapang dan senang….dst

      (Tanbihul Ghafilin, Maktabah al Iman bil Manshurah, tahqiq as-Sayyid al ‘Arabi, pdf, Hal. 18)
      Hadits palsu, ‘Abdullah bin al Miswar memalsu hadits sebagaimana disebutkan dalam al Mizan (3/504)

      -diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahwasanya beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: kematian adalah menyenangkan bagi orang beriman. (hal.25)

      Hadits Maudhu’, dicantumkan Abu Nu’aim dalam al Hilyah (3/131), Al Baihaqi dalam asy-Syu’ab (9885, 9886), al Khathib dalam at-Tarikh (1/347), Ibnul Jauzi dalam al Maudhu’at (3/121) dengan lafadz “kematian itu kaffarah bagi setiap muslim – atau mu’min. lihat Dha’if al Jami’ (4950) dan tahqiq asy-Syihab (171-173).
      wallahu a’lam

      dan masih ada yang lain. coba antum perhatikan nama-nama ulama di atas seperti Imam Ibnul Jauzi, pengarang al Mizan (Imam Adz-Dzahabi)dan Abu Asy-Syaikh Al Ashbahani, apakah mereka bermaksud menimbulkan perpecahan? apakah mereka ulama su’u karena mengatakan hadits di atas palsu?

      1. kalo kita mengatakan itu hadits palsu,tp ternyata tidak palsu apa kita tidak termasuk orang yg mendustakan nabi.wong kita semua jg gak hidup dijaman nabi.begitu jg syech2 itu jg gak hidup pd masa nabi,begitu yakinkah hadits itu palsu?? seandainya dengan hadits itu orang dapat lebih bersemangat ibadah apakah anda jg mengatakan ibadahnya palsu.saya rasa pendapat kita atau siapapun tidak mutlak paling benar karena yg paling benar hanya ALLAH SWT,tp insya Allah,Allah menghargai pendapat kita se kemampuan kita untuk memahami,karena semua hanya untuk tujuan beribadah kepadaNya,mau dulu atau sekarang sama sja ada ulama yg hati2 dalam bicara ada jg yg gampang menilai jelek orang lain,jangan terlalu yakin bro ente mau masuk surga

      2. tuh kan bener kan, semua katanya, kata si anu kata si ini, jadi sudahlah laksanakan apa yang anda fahami dan hormati apa yang orang fahami, jangan anggap semua orang bodoh, Klu ngomong ulama nanti orang lain akan menggugat lagi ulama yang mana, ulama saya lain. Mari kita bijak dalam menjelaskan ke ruang publik jgn terkesan orang lain salah dan saya paling benar. Klu bisa yang kaya-kaya begini, jangan diposting di ruang publik akan mengacaukan umat yang baru ingin semangat berbuat baik. Bahas lah di tempat yang khusus diantara orang-orang yang memang menguasai ilmu nya.

  3. Ga semestinya yg punya keahlian bikin BLOG, jd goblog, coba bahas hal-hal yang lebih manfaat dari pada bikin ribut ummat.

    1. Bismillahirahmanhirrahim

      kang….!!!
      ana kira ini bukan hal membuat kita menjadi goblok atau memperpecah umat.
      melainkan ini membuat kita agar lebih hati-hati dalam menerima sesuatu berita.

      1. Kata-kata nya tidak mengesankan orang suruh hati-hati, tapi tendensius menyalahkan orang, sepertinya orang lain ga mengerti apa-apa

    2. sudah ada kitab tanbighul ghafilin dalam bentuk pdf (masih dalam bahasa arab) yang sudah ditahqiq (sudah diteliti sumber haditsnya dan pentahqiqnya sudah memberikan catatan pada hadits-hadits yang ada). silahkan download di waqfeya.

    3. setuju banget pendapat antum, ini yang punya blog kaya orang belajar silat, suka pental pentil di depan orang, klu yang jago silat bener-bener mereka ga gampang pental pentil di depan orang.

  4. saya kira nasehat di atas merupakan iri yang tdk disertai dg ilmu.
    Ketika ada segolongan orang menganggap ulama lain tdk perlu dianggap ilmunya, sy kira itu kedengkian yg tdk usah dihirayukan.

  5. dari satu riwayat dinilai dloif nanun via riwayat lainnya bisa hasan bahkan shohih, sehingga harus banyak membaca perbandingannya… jangan membuat statement dulu dengan kedloifannya sebelum menkaji dari riwayat lainnya…

  6. jika ilmu yg disampaikan oleh syech abu laits assamarqandi sohibul tanbihul gofilin anda ragukan … seharusnya anda lebih dan harus sangat lebih meragukan apa apa yg di sampaikan oleh sang komentator.. karena tidak bisa di bandingin pangkat dari sohibul kitab dengan sang komentator Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin apalagi orang yg menulis blog ini…

    1. sudah ada kitab tanbighul ghafilin dalam bentuk pdf (masih dalam bahasa arab) yang sudah ditahqiq (sudah diteliti sumber haditsnya dan pentahqiq sudah memberikan catatan pada hadits-hadits yang ada), sudah saya sediakan link untuk mengunduhnya di blog ini (DOWNLOAD KITAB pdf). Silahkan diunduh dan semoga bermanfaat…

    1. jazakallah sudah berkunjung di blog ini. sudah ada kitab tanbighul ghafilin dalam bentuk pdf (masih dalam bahasa arab) yang sudah ditahqiq (sudah diteliti sumber haditsnya dan pentahqiq sudah memberikan catatan pada hadits-hadits yang ada), sudah saya sediakan link untuk mengunduhnya di blog ini (DOWNLOAD KITAB pdf). Silahkan diunduh dan semoga bermanfaat…

  7. klo dasar wahabi tu emang wahabi aja…usah nk mnbidaahkb org…

    wahabi maksudnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum wafat 211 H, atau Muhammad bin Abdul Wahab wafat 1206 H?

    klo kmu kata bidaah itu ini…masakn kamu bisa naik kereta…nabi

    Shallallahu Alaihi wasalam

    x pernah naik kereta…masakn kamu bisa naik motor sdangkn nabi tidak naik motor…

    kereta, motor, pesawat terbang, hp, komputer, itu semua bid’ah, tapi bid’ah dari sisi bahasa, ngga masalah kalau saya atau anda mau pake. bid’ah yang dilarang itu bid’ah yang anda buat dalam masalah agama

    sekian

    terima kasih

  8. bagaimana hukum sodaqoh karpet buat masjid… bidah kah? karena sodaqoh urusan agama kan… dan kayanya gak ada hadits bahwa nabi pernah sodaqoh karpet untuk masjid …. mohon jawaban nya kepada pemilik blog ini.. silahkan di jawab dengan dalil2 hadits yang sohih yah 🙂
    cayoooooo….
    jangan lupa di jawab dengan sejelas2nya….
    saya tunggu…
    allohummahdina wal muslimin….

    1. Kalau masalah jenis harta yang disedekahkan, maka apabila hartanya baik (bukan barang haram seperti khamr, babi, atau barang najis), juga tidak berkaitan dengan hak orang lain (harta hasil merampok, mencuri, dan sebagainya), tidak berkaitan dengan pekerjaan haram (riba, korupsi, dan sebagainya), maka apapun jenisnya boleh disedekahkan termasuk KARPET.
      Silahkan baca perinciannya di rumaysho.com

      Adapun masalah ibadah yang tidak ada di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam TIDAK SEMUA DIHUKUMI BID’Ah, ada perincian kaidah antara lain:
      – Tidak ada di zaman Nabi Shallallahu Alaihi wasallam, sementara tuntutan untuk melaksanakan ibadah itu ada dan tidak ada penghalang untuk melaksanakan ibadah tersebut, maka jika sekarang dilakukan akan menjadi BID’AH. Misalnya mengenai adzan sebelum shalat Ied, di masa Nabi Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah ada adzan sebelum sholat ied padahal tidak ada penghalang untuk melaksanakan atau mengumandangkannya, tapi baik Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam maupun para sahabatnya tidak melaksanakannya. Maka sekarang pun kita tidak boleh adzan sebelum sholat ied, sholat taraweh, sholat jenazah, apalagi azan ketika hendak menguburkan jenazah.
      – Tidak ada di zaman Nabi Shallallahu Alaihi wasallam, sementara itu ada dorongan untuk melaksanakan ibadah itu tapi ada penghalang untuk melaksanakan ibadah tersebut, maka jika sekarang dilakukan BUKAN bid’ah. Misalnya sholat taraweh berjamaah, Nabi Shallallahu Alaihi wasallam sempat melaksanakannya secara berjamaah tapi kemudian berhenti karena takut dianggap wajib. Maka setelah Nabi Shallallahu Alaihi wasallam wafat, artinya tidak akan ada lagi syariat karena semua syariat sudah sempurna, maka halangan untuk melaksanakan shalat taraweh berjamaah tidak ada lagi. Jadi sekarang tidak masalah melaksanakan taraweh secara berjamaah.
      – Tidak ada di zaman Nabi Shallallahu Alaihi wasallam karena tidak ada tuntutan untuk melaksanakan ibadah tersebut di masa Nabi Shallallahu Alaihi wasallam, contohnya seperti tindakan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Di Masa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak ada tuntutan atau dorongan untuk memerangi orang yang tidak mau membayar zakat karena di masa itu semua taat membayar zakat, baru di masa Khalifah Abu Bakar Radhiyallahu Anhu muncul orang-orang yang menolak membayar zakat sehingga muncul tuntutan atau dorangan untuk memerangi mereka. Maka ini BUKAN bid’ah walaupun tidak ada di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam.
      Semoga membantu…
      Untuk lebih lengkap silahkan baca pembahasan tentang sunnah tarkiyah…
      Wallahu a’lam

Tinggalkan komentar