Sedikit Catatan atas Buku “Metode Belajar Ilmu Shorof”

Oleh : Abu Faqih

Bagi seseorang yang ingin mempelajari tata bahasa Arab tentu mengenal dua ilmu dasar yang harus mereka kuasai terlebih dahulu, yaitu ilmu nahwu dan shorof atau tashrif. Tetapi saya tidak bermaksud untuk membahas kedua ilmu tersebut, karena memang belum level saya untuk mengajarkannya, tetapi saya tertarik dengan satu buku yang sangat dibutuhkan oleh para thullab terutama thullab ilmu shorof, yaitu buku “Metode Belajar Ilmu Shorof” yang dikarang oleh ustadz Maftuh Ahnan dan diterbitkan oleh Penerbit “Terbit Terang” Surabaya.

Buku ini saya peroleh pada tanggal 26 Februari 2006, di toko buku Sembilan Wali Medan. Ikhwan lain juga banyak yang memiliki kitab ini, karena buku ini kebetulan mudah diperoleh di toko buku-toko buku yang menjual buku-buku agama islam. Sesuai dengan judulnya, buku ini memang membahas mengenai ilmu shorof terutama pembahasan tentang wazan-wazan tashrif, dari ashrif ishthilahi litstsulatsil mujarrod, litsulatsi mazid, sampai pembahasan tashrif lughowi-nya.
Artikel ini saya tujukan bagi ikhwan-ikhwan sekalian yang sedang mempelajari bahasa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan sebagai bahasanya Al Qur’an, terutama yang masih pemula seperti halnya saya sendiri.

Yang ingin saya sampaikan adalah mulai halaman 121 sampai dengan 144, dalam buku ini terdapat tabel yang berisi wazan-wazan tashrif sehingga memudahkan pembaca untuk menghafalnya. Mau tidak mau, wazan-wazan ini harus dihafal kalau ingin menguasai bahasa Arab secara fasih ataupun membaca kitab arab gundul. Ustadz saya pernah mengatakan, untuk membaca tulisan dalam kitab arab gundul, kita perlu ilmu nahwu agar dapat mengetahui baris atau harokat huruf terakhirnya dan untuk mengetahui harokat dari huruf-huruf yang lain kita memerlukan ilmu tashrif.

Tetapi ternyata dalam kitab ini terdapat sedikit kesalahan dalam penulisan hamzah, ada beberapa bagian fiil atau isim yang seharusnya ditulis dengan hamzah washol (ا ) tetapi dalam kitab ini ditulis dengan hamzah qath’iy ( أ ) atau ( إ ). Bagi yang biasa membaca al Qur’an terbitan Indonesia, mungkin tidak menyadari atau tidak mempermasalahkan hal ini karena semua hamzah tertulis dengan hamzah washol, tetapi akan menjadi masalah bagi yang sering menggunakan al Quran terbitan Timur Tengah karena harus membedakan mana yang hamzah washol dan mana yang hamzah qoth’iy.

Hal itu saya ketahui beberapa waktu yang lalu dari ustadz saya Muhammad Yunus ketika belajar ilmu shorof. Saya yang masih pemula dalam ilmu shorof, siap menerima kritik dan juga masukan dari antum sekalian, apabila memang ada kesalahan dalam penulisan artikel singkat ini, baik dari segi materi maupun tata cara penyampaian (penulisan).

Tsulatsi Mujarrod

Dalam kitab ini, hampir semua hamzah pada fi’il amarnya tertulis dengan hamzah qoth’iy, padahal seharusnya ditulis dengan hamzah washol.

Contoh :
Pada fiil yang mengikuti wazan fa’ala yaf’ulu yaitu kataba كَتَبَ yaktubu يَكْتُبُ , seharusnya fiil amarnya tertulis اكتب bukan أكتب sehingga hamzahnya tidak dibaca kecuali pada awal kalimat. Silahkan lihat pada ayat 262 dari surat al Baqoroh…” فاكتبوه “!
Pada fiil yang mengikuti wazan fa’ala yaf’ilu, yaitu dhoroba ضَرَب yadhribu يَضْرِبُ , seharusnya fiil amarnya tertulis اضْرِبْ bukan ٳضْرِبْ . Silahkan lihat Al Baqoroh ayat 73… فَقُلْنَااضْرُِوا ! disitu tertulis hamzah washol sehingga dibaca faqulnadhribuu…
Begitu juga pada wazan-wazan tsulatsi mujarrod yang lain, huruf awal fiil amarnya seharusnya tidak menggunakan hamzah qoth’iy.

Catatan : tidak semua fi’il amar pada wazan-wazan tsulatsi mujarrod diawali dengan hamzah. Ada beberapa jenis fi’il yang fiil amar-nya tidak diawali dengan hamzah seperti fiil-fiil yang memiliki cirri-ciri khusus seperti mudho’af, ajwaf, sebagian mahmuz, dan lainnya.

Tsulatsi Maziid

Demikian juga dengan wazan fiil tsulatsi maziid, seharusnya hamzah qoth’iy hanya ada pada awal fiil amar dan isim mashdar ghoiru mim pada wazan af’ala أَفْعَلَ yuf’ilu يُفْعِلُ if’aalan إِفْعَالاً . sedangkan pada wazan selain itu yaitu ifta’ala yafta’ilu ifti’aalan, pada isim mashdar dan fiil amarnya seharusnya menggunakan hamzah washol, contoh : ijtima’a اجْتَمَعَ yajtami’u يَجْتَمِعُ ijtimaa’anاجْتِمَاعً , fiil amarnya ijtami’ اِجْتَمِعْ . silahkan antum lihat contoh-contoh lain yang bisa antum temukan dalam al Quran (terbitan Timur Tengah)atau dalam kitab-kaitab hadits!
Begitu juga pada wazan infa’ala انْفَعَلَ yanfa’ilu يَنْفَعِلُ infi’aalan انْفِعَالاً , if’alla افْعَل yaf’allu يَفْعَلٌُ if’ilaalan افْعِلاَلاً , istaf’ala اسْتَفْعلَ yastaf’ilu يَسْتَفْعِلُ istif’aalan اسْتِفْعَالاَ , if’anlala افْعَنْلَلََ yaf’anlilu يَفْعَنْلِلُ if’inlaalan افْعِلاَلاً , dan if’alalla افْعلَلٌَ yaf’alillu يَفْعَلِلٌُ if’illaalan افْعِلاٌَلاً .

Wallahu a’lam

3 respons untuk ‘Sedikit Catatan atas Buku “Metode Belajar Ilmu Shorof”

Tinggalkan Balasan ke Satria Batalkan balasan